September 22, 2021
Accomodations
Share
Tugu Khatulistiwa yang berada di Jalan Khatulistiwa , Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, merupakan penanda bahwa kota ini dilalui oleh garis khatulistiwa atau berada di titik tengah bumi. Di mana, hanya ada 12 negara di dunia yang dilintasi garis khatulistiwa, namun hanya Kota Pontianak, satu-satunya wilayah perkotaan di dunia yang persis memisahkan belahan bumi utara dan selatan.
Berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese, pada tahun 1928, sebuah ekspedisi internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi Belanda, datang ke Kota Pontianak untuk menentukan titik koordinat garis equator. Di mana, pada tahun tesebut, pembangunan Tugu Khatulistiwa pun dimulai. Namun, saat itu tugu yang dibangun berbentuk tonggak dan tanda panah di atasnya. Barulah kemudian, pada tahun 1930, penyempurnaan pun dilakukan dengan penambahan lingkaran di bagian atas tugu.
Lalu, di tahun 1938, Tugu Khatulistiwa kembali disempurnakan dengan menggunakan kayu berlian setinggi 4,4 meter. Kemudian, pada tahun 1990, dibangunlah duplikat tugu berupa bangunan pelindung secara permanen yang berbentuk kubah dan diresmikan pada tahun berikutnya, atau tepatnya pada bulan September 1991, oleh Gubernur Kalimantan Barat waktu itu, yaitu Parjoko Suryo Kusumo. Komplek tugu ini pun dilindungi oleh UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Sebagai ikon wisata Kota Pontianak, Tugu Khatulistiwa menjadi tempat Hari Kulminasi Matahari atau Hari Tanpa Bayangan, yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Titik kulminasi merupakan titik di mana matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Fenomena alam ini berlangsung, ditandai dengan menghilangnya bayangan tugu selama beberapa detik walaupun diterpa oleh sinar matahari.
Tidak hanya tugu, bayangan benda-benda lainnya di sekitar Tugu Khatulistiwa pun juga menghilang, termasuk bayangan dari para wisatawan yang datang berkunjung. Selain itu, detik-detik jelang matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa juga ditandai dengan berdirinya telur-telur secara tegak di kawasan Tugu Khatulistiwa. Dan konon katanya, apabila wisatawan berada tepat di garis khatulistiwa saat fenomena kulminasi matahari berlangsung, maka akan awet muda.
Namun, karena situasi pandemi Covid-19, momen Kulminasi Matahari pada Maret 2021, digelar secara terbata melalui virtual, karena disiarkan langsung secara streaming. Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, pun menjelaskan bahwa acara peringatan tahunan Kulminasi Matahari ini sudah diusulkan menjadi festival event nasional, yang saat ini tengah memasuki tahap penjurian kedua yang dilakukan oleh kurator dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Semoga Tugu Khatulistiwa kebanggaan Kota Pontianak ini bisa menjadi event nasional untuk meningkatkan pariwisata Indonesia, khususnya Provinsi Kalimantan Barat ya, SoDest. Yuk, dukung terus pariwisata Indonesia dengan mengikuti webinar Kreen Destination Series melalui aplikasi KREEN. Dengan download aplikasinya di Play Store, atau klik link di bawah ini ya …
https://play.google.com/store/apps/details?id=id.kreen.android.app
Source:
pontianak.tribunnews.com
m.hondacommunity.net
indonesiakaya.com
https://kalbar.suara.com/read/2021/06/01/150639/sejarah-tugu-khatulistiwa-ikon-wisata-tersohor-pontianak?page=all
Writer: Istiana Fauzi